Metode Kooperatif Melatih Siswa Bersosialisasi
Sumber |
Falsafah yang mendasari model
pembelajaran Cooperative Learning Group adalah falsafah homo homini
socius yang menekankan bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang
saling bekerja sama dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain.
Menurut Veranica penggunaan istilah pembelajaran diharapkan guru selalu ingat bahwa tugasnya adalah mengajarkan siswa, membuat siswa dapat belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah kearah yang lebih baik. Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut:
- Behaviorik adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan.
- Kognitif adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Ini sesuai dengan pengertian belajar menurut aliran kognitif yang menekankan pada kemampuan mengenal dan memahami pada individu yang belajar.
- Gertalf adalah usaha guru memberikan materi pembelajaran sedimikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi suatu yang bermakna. Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisis yang terdapat pada diri siswa.
- Humanistik adalah pembelajaran yang akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk dipelajarinya. Pembelajaran adalah memberikan kebebasan pada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuan.
Munculnya berbagai pengertian mengenai
pembelajaran sebagaimana terungkap di atas, adalah suatu pertanda bahwa
kegiatan pembelajaran itu memang suatu yang sangat kompleks. Pembelajaran itu
sendiri sebenarnya mempunyai tujuan untuk membantu siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah,
baik kuantitas maupun kualitas.
Beberapa ciri pembelajaran yang dapat
diungkapkan dengan melihat pengertian pembelajaran yaitu sebagai berikut.
- Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. Baik secara formal, informal, dan nonformal.
- Pembelajaran merupakan pemberiann bantuan yang kemungkinan siswa dapat belajar.
- Pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa. Siswa lebih banyak mengeksplorasi dan guru membimbing.
Jadi terlihat bahwa suatu keberhasilan
dari proses pembelajaran, apabila keaktifan siswa diutamakan atau lebih
ditingkatakan dan dominasi guru perlu dikurangi. Pembelajaran kooperatif adalah
strategi belajar mengajar yang bermanfaat dengan jalan mengelompokkan siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda kedalam kelompok-kelompok kecil. Empat elemen dasar dalam pembelajaran
kooperatif yaitu:
- Saling ketergantungan positif
- Interaksi tatap muka
- Akuntabilitas individual
- Ketrampilan dalam menjalin hubungan interpersonal
Besar kelompok dalam pembelajaran
kooperatif biasanya terdiri dari dua sampai enam anak. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan besarnya kelompok belajar, yaitu: (1) kemampuan anak;
(2) kesediaan bahan; dan (3) ketersediaan waktu. Pengelompokan anak dalam
pembelajaran kooperatif hendaknya secara heterogen, sehingga kelompok memilih
anggota yang tergolong berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu; 1)
hasil belajar akademik, 2) penerimaan terhadap keragaman, dan 3) pengembangan
ketrampilan sosial. Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif, disamping
membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif, secara bersama membantu siswa dalam
pembelajaran akademis mereka.
Ada
berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:
- Siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan.
- Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
- Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
- Meningkatkan motivasi belajar intrinsik
- Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar
- Meningkatkan hubungan posotif antara siswa dengan gurdan personil sekolah
- Meningkatkan padangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tapi juga pendidik
Menurut Karlina dalam sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif
dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih
dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat
interdepedensi efektif diantara anggota kelompok.
Hubungan kerja seperti itu
memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan
siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara
individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam
kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur
model pembelajaran gotong royong, yaitu:
- Saling ketergantungan positif.
- Tanggung jawab perseorangan.
- Tatap muka.
- Komunikasi antar anggota.
- Evaluasi proses kelompok
Karakteristik pembelajaran kooperatif
diantaranya:
- Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
- Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
- Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
- Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan
keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif
yaitu:
- Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
- Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
- Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
- Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Langkah-langkah dalam Pembelajaran
Kooperatif
Dalam
implementasi pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah secara
sistematis dirancang struktur pembelajaran dengan langkah-langkah 1)
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, 4) membimbing kelompok bekerja dan
belajar, 5) melakukan evaluasi, dan 6) memberikan penghargaan.
Setelah
fase ini dilakukan beberapa kali, kemudian siswa diberi latihan atau tutorial
cara memecahkan masalah secara sistematis dengan tahapan-tahapan, yaitu 1)
visualisasi masalah, 2) mendeskripsikan masalah dalam deskripsi fisika, 3)
merencanakan solusi,, 4) menyelesaikan rencana, dan 5) menilai jawaban. Disain
yang dikembangkan ini akan mampu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada individu siswa maupun kelompok untuk memahami mengapa mereka harus
mempelajari materi tersebut.
Strategi
yang diterapkan dapat memberikan beberapa keuntungan, hal ini sesuai dengan
beberapa ciri penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu 1) siswa bekerja
secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran, 2) kelompok dibentuk dari
siswa yang memiliki kemampuan beragam, dan 3) penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.
Unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif yaitu sebagai berikut: (1) Siswa dalam kelompoknya harus merasakan
bahwa mereka “sehidup semati”; (2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu
di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri; (3) Siswa harus melihat
bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (4) Siswa
harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya;
(5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok; (6) Siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya;
(7) Siswa akan diminta mempertangungjawabkan secara individu materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, pembelajaran yang
menggunakan model kooperatif pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah; (3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda; (4) Penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.
Menurut teori motivasi, motivasi siswa
pada pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau
struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Pada pembelajaran
kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa
lain juga akan mencapai tujuan tersebut. Kritik teori motivasi terhadap
pengorganisasian kelas secara tradisional adalah bahwa pemberian rangking
prestasi belajar yang kompetitif dan sistem penghargaan yang tidak formal
terhadap kelas, menciptakan norma kelas yang memperlemah upaya-upaya akademik,
karena keberhasilan seorang siswa mengurangi keberhasilan siswa lainnya.
Teori perkembangan mengasumsikan bahwa
interaksi antara siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai, meningkatkan
penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Sementara teori elaborasi
kognitif memiliki pandangan yang berbeda. Penelitian dalam psikologi kognitif
telah menemukan bahwa supaya informasi dapat disimpan di dalam memori dan
terkait dengan informasi yang sudah ada di dalam memori itu, maka siswa harus
terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitifitas
suatu materi. Misalnya membuat ikhtisar dari suatu kuliah merupakan kegiatan
yang lebih baik daripada sekedar membuat catatan, karena membuat ikhtisar
menghendaki siswa mereorganisasi materi dan memilih materi yang penting. Salah
satu elaborasi kognitif yang paling efektif ialah menjelaskan materi itu pada
orang lain.
Motivasi lebih besar, hasil belajar
lebih tinggi, retensi lebih lama, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan
toleransi. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa suatu kerangka teoritis dan
empirik yang kuat untuk pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa
manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok
kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting sementara itu
secara bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan berpikir
logis.
Komentar
Posting Komentar